A.
Kutipan
Kutipan
adalah penggunaan sumber dalam suatu tulisan, terdiri atas kutipan
langsung
dan kutipan tidak langsung. Sedangkan kutipan tidak langsung atau disebut
parafrase
adalah kutipan yang berupa isi pokok pikiran dari sumber rujukan yang ditulis
dengan
bahasa pengutip.
1.
Kutipan Langsung
Kutipan
langsung berupa teks asli dari sumber rujukan tanpa ada perubahan. Untuk
memastikan
keakuratan terjemahan dengan teks asli, kutipan langsung dari sumber
rujukan
yang tidak berbahasa Indonesia perlu ditulis teks aslinya, misalnya: teks Al
Quran,
Hadis, atau teks dokumentatif.
Berdasarkan
sumbernya, kutipan langsung yang terdiri atas satu sampai dengan tiga
1.
Diapit tanda petik ganda,
2.
Jarak antarbaris dua spasi, dan
3.
Disatupadukan dalam teks.
Contoh
:
Menurut
Koentjaraningrat, “Nilai gotong royong sering menghambat karena
menimbulkan
gagasan bahwa kemajuan suatu komunitas juga harus dinikmati
bersama
dan merata”.
Sedangkan
kutipan langsung yang lebih dari tiga baris ditulis dengan cara:
1.
Tidak diapit dengan tanda petik ganda,
2.
Jarak baris satu spasi.
3.
Disajikan terpisah dari teks yang mendahului dengan jarak dua spasi dengan
ukuran
huruf
10.
4.
Dimulai pada ketukan ketujuh terhitung dari tepi teks kutipan.
Contoh
:
Dalam
penulisan karya ilmiah di perguruan tinggi, Sudjana berpendapat bahwa:
Banyak
ragam cara dan notasi menulis karya ilmiah, bahkan telah ada yang dibakukan di
perguruan
tinggi. Dengan adanya pembakuan tersebut, baik mahasiswa maupun para
pembimbing
sama-sama mempunyai wawasan dan kesatuan bahasa mengenai tata cara, teknik
penulisan,
maupun kerangka isi tulisannya.
2.
Kutipan tidak langsung
Kutipan
tidak langsung atau disebut parafrase adalah kutipan yang berupa isi pokok
pikiran
dari sumber rujukan yang ditulis dengan bahasa pengutip. Jika sumber kutipan
ditulis
dalam bahasa asing (Arab, Inggris, atau bahasa asing yang lain) kutipan tidak
langsung
dapat ditulis dengan bahasa Indonesia. Kutipan semacam ini ditulis dengan cara
:
1.
Diintegrasikan dalam teks tanpa diapit tanda petik.
2.
Jarak spasi ganda sehingga tampak seolah-olah bukan kutipan.
Contoh
:
Berbahasa
dan bernalar merupakan dua aktivitas yang tidak dapat dipisahkan. Berkenaan
dengan
itu, ketika seseorang berbahasa, ia sesungguhnya sedang mengaktualisasikan
hasil
proses
bernalar. Oleh karena itu, ketidakjelasan pesan yang disampaikan seseorang
melalui
bahasa dapat disebabkan oleh ketidakteraturan proses penalaran.1 Dengan
demikian,
pemberdayaan potensi dasar seseorang perlu diarahkan kepada
Dalam
bentuk-bentuk kutipan itu, pada akhir kutipan ditandai dengan angka Arab
sebagai
nomor kutipan yang diketik naik setengah spasi dan tanpa diakhiri dengan tanda
titik
atau kurung tutup.
B.
Catatan Kaki
Catatan
kaki merupakan cara menandai identitas sumber rujukan, sekaligus
merupakan
salah satu bukti bahwa penulis benar-benar memiliki sifat amanah. Bentuk
penandaan
ini digunakan agar pembaca dapat mengetahui identitas sumber rujukan secara
langsung
pada halaman tempat kutipan berada.
Prinsip-prinsip
penulisan catatan kaki sebagai berikut:
1.
Dipisahkan dari teks sebelumnya dengan jarak dua spasi dengan menggunakan garis
sepanjang
15 spasi dari margin kiri.
2.
Antar catatan kaki dalam suatu halaman, serta antara catatan kaki pertama
dengan
garis
pemisah berjarak satu spasi.
3.
Penomoran dengan angka Arab, dimulai dari margin kiri pada ketukan ketujuh
(tujuh
karakter).
Bagian selanjutnya ditulis sejajar dengan margin kiri.
4.
Penomoran catatan kaki dimulai dan diurutkan perbab. Artinya, setiap berganti
bab,
catatan
kaki selalu dimulai dengan nomor satu.
5.
Penempatan catatan kaki tidak boleh melampaui margin bawah. Jadi, tulisan
catatan
kaki
paling akhir pada suatu halaman berjarak tiga sentimeter (3 cm) dari sisi
kertas
terbawah.
6.
Nama pengarang ditulis sesuai dengan aslinya (tidak mendahulukan nama
belakang).
Segenap
gelar akademik yang berada di depan dan/atau belakang nama seseorang
tidak
dicantumkan dalam catatan kaki. Perhatikan contoh berikut ini :
3M.Quraish
Shihab, Wawasan Al Quran (Bandung: Mizan, 1998), 97.
4Ahmad
Hanafi, Pengantar Teologi Islam (Jakarta: Pustaka al-
Husna,1999),
142.
Pengarang
pada catatan kaki nomor 3 tersebut sebenarnya memiliki gelar
Prof.Dr.H.M.Quraish
Shihab, MA. Akan tetapi, gelar nama pengarang itu tidak boleh
dicantumkan
pada catat-an kaki.
Penataan
unsur-unsur catatan kaki dalam naskah dipengaruhi oleh sumber pustaka
yang
dijadikan bahan rujukan serta frekuensi penggunaannya. Dalam panduan ini
dicantumkan
18 pola penataan unsur catatan kaki sebagai berikut :
1.
Catatan kaki dengan sumber buku teks yang pertama digunakan (nomor 1) ditata
dalam
urutan: nama penulis (ditulis sesuai aslinya tanpa mendahulukan nama akhir),
tanda
koma, judul buku (ditulis dalam cetakan miring -- Italic atau
digarisbawahi
perkata
apabila menggunakan ketik manual), kurung buka, tempat-kota terbit, titik
dua,
nama penerbit, tanda koma, tahun penerbitan, kurung tutup, tanda koma, nomor
halaman,
dan tanda titik.
Contoh:
3Mitsuo
Nakamura, The Crescent Arises Over Bayan Tree: A Study of the
Muhammadiyah
Movement in a Central Javanese Town (Yogyakarta: Gajahmada
Press,
1983),
45.
2.
Jika kutipan kedua langsung mengikuti kutipan pertama, unsur catatan kaki yang
ditulis
berupa kata Ibid (singkatan dari ibidem) dalam bentuk cetakan miring (Italic)
atau
digarisbawah, tanda titik, tanda koma, langsung nomor halaman sumber kutipan
bila
kutipan kedua berbeda dengan nomor halaman kutipan pertama. Perhatikan
contoh
berikut ini.
4Mitsuo
Nakamura, The Crescent Arises Over Bayan Tree: A Study of the
Muhammadiyah
Movement in a Central Javanese Town (Yogyakarta: Gajahmada
Press,
1983),
45.
5Ibid.,
32.
6Ibid.
3.
Jika kutipan sudah diseling sumber lain, unsur catatan kaki yang dicantumkan
adalah
nama
akhir penulis, tanda koma, kata awal judul buku, tanda titik tiga, tanda koma,
nomor
halaman, dan tanda titik. Perhatikan Contoh berikut:
7Nana
Sudjana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah: Makalah-Skripsi-Tesis-
Desertasi
(Bandung:
Sinar Baru, 1991), 105.
8Mitsuo
Nakamura, The Crescent Arises Over Bayan Tree: A Study of the
Muhammadiyah
Movement in a Central Javanese Town (Yogyakarta: Gajahmada
Press,
1983),
45.
9Sudjana,
Tuntunan Penyusunan …, 106.
4.
Jika seorang pengarang memiliki dua karya tulis atau lebih dan disebutkan untuk
pertama
kali secara berurutan dalam nomor catatan kaki, nama penulis urutan kedua
diganti
dengan kata idem. Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan kata idem
dengan
kata atau angka yang mengakhiri catatan kaki sebelumnya. Perhatikan contoh
berikut
ini :
10Hasbi
Ash Shiddieqy, Pedoman Shalat ( Jakarta: Bulan Bintang, 1992), 12;
Idem,
Rahasia-rahasia Shalat (Bandung: Karisma, 1984), 89.
5.
Jika sebuah sumber kutipan berasal dari buku yang ditulis oleh pengarang Arab
Klasik
dan
Pertengahan dan pengarang tersebut dikenal pembaca melalui satu nama,
meskipun
sebenarnya memiliki nama-nama lebih dari satu maka unsur nama dalam
catatan
kaki yang ditulis berupa nama yang terkenal saja. Perhatikan contoh berikut ini
:
11al-Ghazali,
Ihya Ulum al-Din (Damaskus: Dar al-Fikr, 1980), 98.
6.
Berbeda dengan itu, jika secara kebetulan nama pengarang yang satu sama dengan
nama
pengarang lain yang buku atau artikelnya digunakan sebagai sumber kutipan,
nama
diri (given name) perlu disebutkan dalam catatan kaki. Perhatikan contoh
berikut
ini:
12Abu
Hamid al-Ghazali, Al-Mustashfa min ‘Ilm al-Usul, vol. 2 (Kairo: Matba’at
Bulaq,
1976), 89.
13Muhammad
al-Ghazali, Al-Sunnah al-Nabawaiyah Bayna Ahl al-Fiqh wa Ahl
al-Hadith
(Kairo:
Dar al-Shuruq, 1990), 78.
7.
Jika sumber kutipan berasal dari Al Quran, unsur catatan kaki yang ditulis
berupa kata
Al
Quran tanpa dicetak miring atau garis bawah, tanda koma, nomor surat, titik
dua,
nomor
ayat, dan tanda titik (nomor surat dan nomor ayat menggunakan angka Arab,
bukan
angka Romawi). Jika dalam satu nomor catatan kaki terdapat dua atau lebih
kutipan
Al Quran, unsur catatan kaki yang ditulis sama dengan kutipan pertama tanpa
menyebutkan
kata Al Quran lagi. Di antara kedua catatan kaki itu dicantumkan tanda
titik
koma sebagai pemisah. Catatan kaki untuk kutipan selanjutnya ditulis kata ibid,
tanda
titik, tanda koma, nomor surat, tanda titik dua, nomor ayat, dan tanda titik.
Jika
sudah
diseling sumber lain, kata “Al Quran” ditulis kembali seperti di awal.
Perhatikan
contoh berikut ini :
14Al
Quran, 2:34; 12:4.
15Ibid.,
5: 14.
16Sudjana,
Tuntunan Penyusunan …, 106.
17Al
Quran, 12:13.
8.
Kutipan Hadis Nabi harus diambil dari sumber aslinya, misalnya Shahih
Bukhari,
Muslim,
atau
kitab-kitab lainnya.
9.
Kutipan atas kutipan, catatan kaki ditulis sumber pertama dan sumber kedua yang
dipisahkan
tanda titik-koma. Misalnya, mengutip karya al-Nawawi (sumber pertama)
melalui
atau bersumber buku Muhammad Kabul (sumber kedua).
18al-Nawawi,
al-Majmu’, Sharh al-Muhadhadhab, vol. 5 (t.t.: al-Maktabah al-
Salafiyah,
1950), 34; Muhammad Kabul, Riwayat Kesabaran Sahabat (Surabaya: Bina
Ilmu,
1985), 16.
10.
Jika sebuah sumber kutipan dari buku terjemahan dari bahasa asing, penulisan
unsur
catatan
kaki sesuai dengan teknik penulisan catatan kaki sebagaimana umumnya,
namun
judul buku ditulis sesuai hasil terjemahannya, bukan judul aslinya. Setelah
itu,
tanda koma, kata “ter” (singkatan terjemahan) yang diakhir tanda titik dan
diikuti
nama
penerjemahnya dalam urutan nama asli. Perhatikan contoh berikut ini:
19C.
Snouk Hurgronje, Islam di Hindia Belanda, ter. Siswanto Gunawan
(Jakarta:
Bhatara
Aksara, 1983), 45.
11.
Jika kutipan berasal dari artikel dalam sebuah buku, unsur catatan kaki yang
ditulis
berupa
nama pengarang sesuai dengan urutan aslinya, tanda koma, tanda kutip buka,
judul
artikel tanpa cetakan miring dan garis bawah, tanda kutip tutup, tanda koma,
judul
buku yang ditulis miring atau digarisbawahi perkata, tanda koma, kata “ed”
yang
berati ‘editor’, nama editor dalam urutan sesuai dengan aslinya, tanda kurung
buka,
tempat penerbit, titik dua, nama penerbit, tanda koma, tahun penerbitan, tanda
kurung
tutup, tanda koma, nomor halaman tanpa didahului halaman, dan tanda titik.
Perhatikan
contoh berikut ini:
20Abdus
Subhan, “Social and Religious Reform Movements in the 19th Century
Among
the Muslims”, dalam Social and Religious Movement, ed. S.P. Sen
(Calcutta:
Institut
of Historical Studies, 1979), 485.
12.
Jika kutipan dari artikel sebuah jurnal, unsur catatan kaki yang dicantumkan
berupa
nama
pengarang sesuai dengan susunan aslinya, tanda koma, tanda kutip buka, judul
artikel
tanpa cetakan miring dan tanpa garis bawah, tanda kutip tutup, tanda koma,
nama
jurnal yang dicetak miring atau digaris bawahi, tanda koma, nomor jurnal
dalam
bentuk angka Arab, kurung buka, bulan, dan tahun penerbitan, kurung tutup,
tanda
koma, nomor halaman, dan tanda titik. Perhatikan contoh berikut ini :
21George
Maksidi, “The Hanbali School and Sufism”, Humaniora Islamica, 2
(Januari,
1974 ), 61.
13.
Jika sumber kutipan dari Encyclopaedia, unsur catatan kaki berupa nama
penulis
Entry,
tanda
koma, tanda kutip buka, judul Entry, tanda kutip tutup, tanda koma,
nama
Ency-clopaedia, vol. ‘volume’, tanda titik, ed. ‘editor’, tanda koma,
et. al. (jika
diperlukan),
kurung buka, tempat terbit, titik dua, nama penerbit, tanda koma, tahun
penerbitan,
tanda kurung tutup, tanda koma, nomor halaman, dan tanda titik.
Perhatikan
contoh berikut ini :
21A.J.
Wensink, “Kufr,” The Encyclopaedia of Islam, vol. 7, ed. M. Th. Houtsma,
et.
al. (Leiden: E.J. Brill, 1987), 234.
14.
Jika sebuah buku ditulis, diedit atau diterjemahkan oleh dua orang, maka dua
nama
tersebut
harus disebutkan. Akan tetapi, jika penerjemah terdiri atas lebih dari tiga
orang,
maka nama yang disebutkan adalah pengarang pertama yang diikuti dengan
et.
al., pengganti nama-nama lain yang tidak disebutkan.
22Fazlur
Rahman, “Revival and Reform in Islam,” dalam The Cambridge History
of
Islam, vol 2, ed. P.M. Holt et. al. (Cambridge
:University Press, 1970), 632-638.
15.
Kutipan yang diambil dari skripsi, tesis, dan disertasi yang tidak diterbitkan,
unsur
catatan
kaki yang ditulis berupa nama penulis dalam bentuk urutan asli, tanda koma,
tanda
kutip buka, judul skripsi, tesis, atau disertasi tanpa dicetak miring dan tanpa
garis
bawah, tanda kutip tutup, tanda koma, tanda kurung buka, kata Skripsi, Tesis,
atau
Disertasi, tanda koma, nama perguruan tinggi, tempat perguruan tinggi, tahun
penulisan
skripsi, tesis, atau disertasi, tanda kurung tutup, tanda koma, nomor
halaman,
dan tanda titik. Perhatikan contoh berikut ini :
22Nurcholish
Madjid, “Ibn Taymyya on Kalam and Falsafa: A Problem of
Reason
and Revelation in Islam,” (Disertasi, Chicago University, 1984), 45.
16.
Jika unsur identitas-tempat, nama, tahun penerbitan—tidak ada dalam sebuah buku
atau
jurnal, maka harus dicantumkan tanda t.t. (tanpa tempat [penerbit]), t.p.
(tanpa
[nama]
penerbit), atau t.t. (tanpa tahun [penerbitan]). Tanda tanya (?) juga dapat
dicantumkan
bila ada unsur identitas yang diragukan. Perhatikan contoh berikut ini :
23al-Nawawi,
al-Majmu’, Syarh al-Muhadhadhab, vol. 5 (t.t.: al-Maktabah al-
Salafiyah,
1950), 34.
24H,A.R.
Gibb, Modern Trends in Islam (Chicago: t.p., 1947), 67.
25S.D.
Gtein, Studies in Islamic History and Institutions (Leiden: E.J. Brill,
t.t),
34.
26Abd
Chalik, Dinamika Islam (Surabaya: ?, 2001), ?
17.
Sebagai catatan, cara penulisan sumber Arab dengan sumber non-Arab sedikit
berbeda.
Dalam penulisan identitas sumber, misalnya, eksistensi transliterasi Arab-
Indonesia
harus diterapkan secara tepat sesuai dengan aslinya. Akan tetapi, nama
tempat
penerbitan disesuaikan dengan nama Indonesia. Khusus buku-buku Arab
terbitan
lama yang tidak disebutkan nama kota, nama tempat terbit diganti nama
negara.
Perhatikan contoh berikut ini :
27Ibn
Shalah, Fata
wa
Ushul al-Fiqh, vol 1 (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1986),
57.
18.
Catatan kaki yang berasal dari sumber wawancara, cara menulis adalah nama orang
yang
diwawancarai, koma, kedudukan/ statusnya, koma, kata “Wawancara” dicetak
miring,
koma, tempat wawancara, koma, tanggal bulan tahun, titik.
Contoh:
28Abdul
Karim, Kepala Desa Sumberejo, Wawancara, Sumberejo, 25 Februari
2003.
Perhatikan:
1.
Singkatan hal, p, atau hlm yang berarti ‘halaman’ tidak boleh ditempatkan di
depan
nomor
halaman sumber kutipan.
2.
Nomor catatan kaki tidak diakhiri tanda titik.
3.
Antara nomor catatan kaki dengan huruf pertama nama pengarang sumber rujukan
tidak
berspasi.
C.
Daftar Pustaka
Daftar
Pustaka dicantumkan sebagai sumber referensi agar pembaca dapat
mengetahui
keseluruhan sumber rujukan yang dipergunakan dalam penulisan karya
ilmiah.
Dengan cara itu, pembaca yang ingin menyelidiki dan/atau mengidentifikasi
sumber
rujukan aslinya dapat mepergunakan daftar pustaka sebagai referensi langsung.
Itulah
sebabnya, sumber referensi yang tidak dikutip dalam karangan tidak boleh
dicantumkan
dalam daftar pustaka.
Penulisan
daftar pustaka dimulai dari margin kiri, tidak diberi nomor urut. Bila satu
sumber
pustaka memerlukan dua-tiga baris, maka baris kedua dan seterusnya dimulai
pada
ketukan ketujuh dari margin kiri. Nama penulis disusun berurutan menurut abjad,
gelar
akademik seseorang tidak boleh dicantumkan. Masing-masing sumber pustaka
ditulis
dalam satu spasi, sedang antar sumber pustaka ditulis dalam jarak dua spasi.
Sesuai
dengan variasi konvensi penulisan notasi ilmiah, penulisan daftar pustaka lebih
didasarkan
pada jenis sumber sebagai bahan rujukan.
Dalam
panduan ini dipergunakan sepuluh contoh sumber rujukan.
(1)
Rujukan dari buku, dalam daftar pustaka dicantumkan nama pengarang dengan
mendahulukan
nama akhir, tanda koma, nama depan dan tengah yang diakhiri tanda
titik,
tahun penerbitan, tanda titik, judul buku termasuk subjudul (jika ada) yang
dicetak
miring atau digarisbawahi perkata, tempat terbit, titik dua, nama penerbit,
tanda
titik. Namun jika ada beberapa buku yang dijadikan sumber diterbitkan oleh
orang-orang
yang sama dan diterbitkan dalam tahun yang sama, tahun penerbitan
diikuti
huruf a, b, c, dan seterusnya. Identitas tahun itu diakhiri tanda titik dan
ditata
sesuai
dengan urutan abjad nama pengarang buku. Lihat contoh berikut ini :
Cornet,
L. and Weeks, K. 1985a. Planning Career Ladders: Lessons froms the
States,
Atlanta, GA: Career Ladder Clearinghouse.
Cornet,
L. and Weelks, K. 1985b. Career Ladder Plans: Trends and Emerging
Issues-1985,
Atlanta, GA: Career Ladder Clearinghouse.
Huda,
Syamsul. 2002. Kultus Kiai: Kultur dan Tradisi Santri, Surabaya: Elkaf .
Strunk,
W., Jr. and White, E.B. 1979. The Elements of Style (3rd-ed.), New York:
Macmilan.
(2)
Sejenis dengan cara menulis rujukan dari sumber buku tersebut, bentuk “ed”
untuk
buku
yang ditulis seorang editor dan “eds” untuk buku yang ditulis beberapa editor
ditempatkan
di antara nama dan tahun penerbitan. Perhatikan contoh berikut ini:
Amiruddin
(Ed.). 1990. Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa
dan
Sastra, Malang: HISKI Komisariat Malang dan YA3.
Letheridge,
S. and Cannon, C.R. (Eds.). 1980. Billingual Education: Teaching as a
Second
Language, New York: Praeger.
(3)
Kutipan dari artikel dalam jurnal, dalam daftar pustaka ditulis nama pengarang,
tahun
penerbitan,
tanda titik, judul artikel tanpa cetak miring dan garis bawah per kata,
nama
jurnal yang ditulis huruf awal huruf kapital, kecuali kata tugas,
digaris-bawahi,
tanda
koma, jurnal tahun ke berapa, dan nomor jurnal yang ditempatkan dalam
kurung,
titik dua, dan nomor halaman jurnal. Perhatikan contoh berikut :
Loekisno.
2001. Teodisme Islami, al-Afkar, 1 (1): 33—47.
(4)
Kutipan dari artikel dalam majalah atau koran, dalam daftar pustaka dicantumkan
nama
pengarang dengan mendahulukan nama akhir, tanda koma, nama depan, dan
tengah,
tanda titik, tanggal bulan tahun terbit yang diakhir tanda titk, judul artikel
tanpa
dicetak miring atau garis bawah per kata, nama majalah atau koran yang
digarisbawahi,
tanda koma, nomor halaman. Contoh :
Suryadarma,
S:V.C. 1990. Prosesor dan Interfase: Komunikasi Data. Info Komputer,
IV
(4): 46-48.
Huda,
M. 1991. 13 November 2001. Menyiasati Krisis Listrik Musim Kering, Jawa
Pos,
hlm. 6.
(5)
Sumber rujukan berupa koran tanpa pengarang, dalam daftar pustaka ditulis nama
koran
tanpa digarisbawahi atau cetak miring, tahun penerbitan, tanda koma, tanggal
dan
bulan penerbitan koran, tanda titik, judul karangan dalam koran yang ditulis
dengan
huruf awal kapital, kecuali kata tugas dan digarisbawahi, tanda titik, kata
halaman
yang disingkat hlm, tanda titik, nomor halaman, dan tanda titik. Contoh :
Jawa
Pos. 1985, 22 April. Wanita Kelas Bawah Lebih Mandiri, hlm. 3.
(6)
Sumber rujukan dari dokumen resmi pemerintah yang diterbit-kan oleh suatu
penerbit
tanpa pengarang, atau tanpa nama lembaga, dalam daftar pustaka
dicantumkan
nama dokumen yang ditempatkan pada bagian awal, digarisbawahi, dan
diakhiri
tanda titik, tahun terbit, tanda titik, tempat terbit, tanda titik dua, dan
nama
penerbit,
dan tanda titik. Contoh :
Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan
Nasional. 1990. Jakarta: PT Armas Duta Jaya.
(7)
Sumber rujukan dari lembaga yang ditulis atas nama lembaga tersebut, dalam
daftar
pustaka
dicantumkan nama lembaga tanpa garis bawah per kata dan cetakan miring,
tanda
titik, tahun terbit, tanda titik, judul karangan digarisbawahi per kata, tanda
titik,
tempat,
penerbitan sumber rujukan, tanda titi dua, nama lembaga tertinggi penerbitan
sumber
rujukan tersebut. Contoh :
Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1978. Pedoman Penulisan Laporan
Penelitian.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
(8)
Sumber rujukan dari buku terjemahan, dalam daftar pustaka ditulis nama
pengarang
asli
yang ditempatkan pada posisi paling depan, tanda titik, tahun penerbitan karya
asli,
tanda titik, judul terjemahan, tanda titik, nama penerjemah, tanda titik, tahun
penerjemahan,
tanda titik, nama tempat penerbitan, tanda titik dua, nama penerbit
terjemahan,
tanda titik. Contoh :
Ary,
D. Jacobs, L.C. dan Razavieh, A (.tt). Pengantar Penelitian Pendidikan. Ter.
Arief
Furchan. 1982. Surabaya: Usaha Nasional.
(9)
Sumber rujukan dari makalah seminar, penataran, atau lokakarya, dalam daftar
pustaka
dicantumkan nama pengarang, tanda titik, dilanjutkan dengan tahun
penyajian
(bila ada), tanda titik, judul makalah digarisbawahi, tanda titik, kata-kata
Makalah
disajikan dalam…, diikuti nama pertemuan, tanda koma,
nama kota tempat
pertemuan,
tanda koma, tanggal dan nama bulan pelaksanaan seminar. Perhatikan
contoh
berikut :
Karim,
Z. 1987. Tatakota di Negara-negara Berkembang, Makalah disajikan dalam
Seminar
Tatakota, BAPPEDA Jawa Timur, Surabaya, 1-2 September.
(10)
Sumber rujukan dari skripsi, tesis, dan disertasi, dalam daftar pustaka
dicantumkan
nama
penulis, tanda titik, tahun yang tercantum pada sampul depan, tanda titik,
judul,
skripsi,
tesis, atau disertasi, tanda titik, kata skripsi, atau disertasi yang diikuti
kata
tidak
diterbitkan, tanda koma, nama kota tempat perguruan
tinggi, nama fakultas,
serta
nama perguruan tinggi, dan tanda titik. Perhatikan contoh berikut ini :
Simuh.
1983. Mistik Islam Kejawen Raden Ngabehi Ranggawarsito: Studi terhadap
Serat
Hidayat Jati. Disertasi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Program
Pascasarjana
IAIN Sunan Kalijaga.
Catatan:
Sesuai dengan karakteristik nama seseorang, penulisan daftar pustaka
harus
memperhatikan:
a.
Nama utama ditentukan pada nama akhir seseorang, misalnya, Waluyo Condronegoro
ditulis
Condronegoro, Waluyo diakhiri tanda titik.
b.
Initial yang tidak diketahui kepanjangannya ditulis tanpa perubahan, misalnya,
Mawardi
W.R. tetap ditulis Mawardi W.R.
c.
Nama yang didahului kata sandang ditulis sesuai dengan aslinya, misalnya, Sri
Herlambang
tetap ditulis Sri Herlambang.
d.
Nama Arab biasanya menggunakan nama keluarga belakang misalnya, Abdullah Ibn
Mas’ud
ditulis Ibn Mas’ud Abdullah,
e.
Nama Arab juga menggunakan nama nisbah di belakang nama aslinya, misalnya,
Abdullah
Ibn Idris Asy-Syafi’iy ditulis Asy-Syafi’iy, Abdullah Ibn Idris diakhiri tanda
titik.
f.
Nama Arab menggunakan nama suku, misalnya, Abdullah Al-Haddad ditulis Al-
Haddad,
Abdullah diakhiri tanda titik.
g.
Nama keluarga atau marga nama-nama Inggris ditulis lebih dulu, misalnya, John
F.
Kennedy
ditulis Kennedy, F. John diakhiri tanda titik.
h.
Nama Cina baru, misalnya Tumiran Ho San ditulis Ho San, Tumiran diakhiri tanda
titik.
i. Nama Cina ortodoks, misalnya, Tan Jou
Hok ditulis Tan, Jou Hok.